Assalamu'alaikum!

Blog Sunnah

"Memurnikan Aqidah, Menebarkan Sunnah".

Looking for something?

Subscribe to this blog!

Receive the latest posts by email. Just enter your email below if you want to subscribe!

Tuesday, June 2, 2015

Mengapa Pada Akhirnya Aku Jatuh Cinta Padanya ?


Ketika kehidupanku penuh dengan kesenangan duniawi, sangat tidak terpikirkan olehku tentang keselamatan diriku sendiri di akhirat, pokoknya, aku ga pernah mikirin apa itu akhirat, yang aku pikirkan siang dan malam hanyalah "yang penting gue seneng di dunia". Punya teman banyak, punya duit banyak, bisa jalan-jalan, bisa belanja belanji, bisa hanging out, bisa makan bareng temen-temen dan keluarga, dll. Pokoknya kesenangan dunia deh.

Lalu di satu titik, ketika kesenangan duniawi itu semakin membuatku bosan, jenuh dan semakin membuatku hampa, aku bertanya, apa yang salah dengan kehidupanku ? pake jilbab udah, punya anak udah, punya pekerjaan yang mapan udah, punya kehidupan yang mapan udah, apalagi ? koq kenapa hati ini begitu terasa hampa ? apa yang kurang ?

Ketika pertanyaan demi pertanyaan itu berkecamuk di dalam hatiku, disitulah Allah memberikan kasih sayangnya padaku agar aku kembali pada-Nya. Allah memberikan suatu teguran sayang padaku, ya...teguran berupa kehilangan harta, hanya kehilangan harta bukan yang lain, Allah mengambil apa yang memang milik-Nya, harta yang kita miliki bukanlah harta kita, namun itu semua hanyalah ujian, yang Maha memiliki harta itu adalah Allah aza wa jalla.

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِى الْمَالُإِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِى الْمَالُ

"Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, dan ujian umatku adalah harta." [1]

Ketika menjelaskan makna hadits ini, Imam al-Mubârakfûri rahimahullah mengatakan, "Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, maksudnya kesesatan dan kemaksiatan; Dan ujian umat ini adalah harta, maksudnya harta menyebabkan kelalaian. Karena harta bisa melalaikan fikiran dari ketaatan dan bisa menyebabkan lupa akhirat." [2]

Allâh Azza wa Jalla juga telah menciptakan manusia dengan tabi'atnya yang sangat mencintai harta. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

"Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." [al-Fajr/89:20]

Imam at-Thabari rahimahullah mengatakan, "Maksudnya, wahai manusia, kalian sangat suka mengumpulkan harta benda dan sangat berantusias untuk memilikinya”. [3]

Lalu ketika semua hartaku diambil oleh pemiliknya (yaitu Allah), dari situlah aku mulai mengenal "dia". Entah kenapa, walaupun aku belum mengenalnya lebih dalam, tapi rasanya hati ini sejuk sekali setiap kali aku berkenalan dengannya.

Semakin aku tahu jati diri dia, semakin aku jatuh cinta padanya, padahal nama-pun aku belum tahu.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, semakin aku dekat dengannya semakin hidupku mulai berubah, semakin aku mengenal siapa penciptaku dan apa tujuan aku diciptakan dan kenapa aku di lahirkan di dunia ini.

Entah kapan...tiba-tiba ada yang menyebutkan namanya, SALAF, yaa....ada yang menyebut namanya dengan SALAF...

Seperti biasa, orang yang sedang jatuh cinta, tentunya ingin tau lebih dalam tentang sesuatu yang dia cintai dong. Grasak grusuk, aku browsing-browsing, aku cari tau, siapa ini SALAF ? dan bagaimanakah hakikat dia sebenarnya ? sungguh membuat aku penasaran.

Setelah melalui perjalanan yang panjang dalam pencarian melalui tulisan-tulisan di internet, kajian-kajian, rekaman-rekaman, dan facebook, pada akhirnya aku memutuskan untuk memilih dia diantara banyak pilihan yang ada.

Ya...aku memilih manhaj salaf diantara berbagai macam pilihan aliran, harokah, ormas, dll, sebagai jalan hidupku sekarang. Kenapa harus manhaj SALAF ? memangnya ada apa dengan aliran, harokah, ormas yang lain ? Nanti di jawab pada sesi yang lain ya, panjang soalnya.

Sebenarnya penasaranku tentang manhaj salaf ini di awali dengan pernyataan-pernyataan dari kebanyakan orang bahwa orang-orang salafy itu sering mem-bid'ahkan orang lain, merasa benar sendiri, takfiri, keras, berdarah dingin, dan konotasi-konotasi negatif lainnya.

Setelah aku telaah sendiri baik itu melalui tulisan-tulisan para asatidz (bentuk jamak dari ustadz) dan masyaikh (bentuk jamak dari syaikh), maupun dari kajian-kajian asatidz salafy, ternyata manhaj ini sangatlah bertolak belakang dengan persangkaan kebanyakan orang (red. awwam) yang katanya sering mem-bid'ahkan orang lain-lah, merasa benar sendiri-lah, takfiri-lah (mudah mengkafirkan orang), yang katanya keras-lah, berdarah dingin-lah, dan konotasi-konotasi negatif lainnya.

Ternyata eh ternyata...manhaj salaf ini justru mengajarkan tentang kelembutan, kasih sayang, ukhuwah, tidak mudah mencap kafir orang lain, dan lain sebagainya.

Emang iya siy kalo soal bid'ah-bid'ahnya dan juga soal merasa benar sendiri...

Kenapa bisa bersikap seperti itu sih ?

Karena orang-orang salafy itu dalam menjalankan agamanya, semuanya HARUS berdasarkan dalil dan hanya dalil yang SHAHIH saja yang mereka ambil. Akal dan hawa nafsu kita dituntut harus tunduk kepada wahyu (dalil) bukan sebaliknya wahyu (dalil) yang dipaksa untuk tunduk kepada akal dan hawa nafsu kita. Itulah yang menjadi penyebab kenapa orang-orang salafy itu sering mem-bid'ahkan sesuatu dan merasa benar sendiri. Karena mereka punya dalil yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Jadi intinya yang mem-bid'ah-kan sesuatu itu bukan orang-orang salafy-nya, tapi DALIL, catet yaaa....D A L I L...

Kalo dipikir-pikir, bener juga ya, masuk akal juga kalo kita yang dituntut untuk tunduk kepada wahyu (dalil). Secara....kita kan yakin bahwa Islam itu datangnya dari Allah, bener ga ?

Kalo memang kita sebagai muslim yakin bahwa Islam itu datangnya dari Allah, berarti kita sebagai mahluk ciptaan-Nya harusnya tunduk dong kepada perintah Allah! bener ga ?

Emangnya siapa kita ini, berani-beraninya menentang Allah yang akan memberikan siksaan neraka bagi yang menentang-Nya dan surga bagi yang ta'at pada-Nya ???

Jadi kalau orang-orang salafy itu merasa benar sendiri dan sering mem-bid'ah-kan sesuatu, ya wajar lah, karena mereka memang punya dalil-nya yaitu wahyu dari Allah dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai utusan Allah koq.

Dari situlah semakin lama membuat aku semakin jatuh cinta sama manhaj yang satu ini. *berbunga-bunga ^_^

Jadi semua persangkaan kebanyakan orang (red. awwam) tentang manhaj salaf itu adalah SALAH BESAR.

Benarlah apa yang dikatakan oleh para pujangga, "TAK KENAL MAKA TAK SAYANG"...

Ketika aku belum mengenal manhaj salaf, arti salaf aja ga tau...

Tapi setelah aku mengenalnya, semakin aku jatuh cinta padanya dan semakin mantap aku memutuskan untuk memilih dia sebagai jalan hidupku menuju keselamatan akhiratku.

Eit...perjuangan belum selesai, karena aku termasuk yang masih awwam, jadi aku harus berusaha keras untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya. Dan itu semua perlu perjuangan yang tidak mudah, segala lika liku akan dihadapi, baik itu permasalahan yang datang dari keluarga-lah, dari teman-teman lama yang masih awwam-lah, dan juga permasalahan dari lingkungan salaf itu sendiri. Karena tidak setiap salafy ketika telah mendapatkan sebuah ilmu langsung di amalkan. Kemampuan untuk menundukkan hawa nafsu bagi setiap salafy itu berbeda-beda, ada yang mudah, ada yang susah. Kalo yang mudah, begitu dia dapet ilmu-nya, langsung dia amalkan. Tapi bagi yang masih dikuasai oleh hawa nafsu-nya dan syaitan, maka akan sangat sulit untuk mengamalkannya.

Sstt....jadi jangan menganggap orang-orang salafy itu suci dan bersih dari dosa yaa. Walaupun mereka berada di jalan yang lurus dan benar (manhaj salaf), tapi mereka tetaplah manusia biasa, tempatnya melakukan kesalahan dan dosa. Kadang mereka khilaf, kadang mereka futur, kadang ada rasa malas untuk menuntut ilmu, kadang sulit untuk mengamalkan ilmunya, dan berbagai macam permasalahan lainnya yang mereka hadapi.

So....jangan salahkan manhaj-nya, tapi salahkanlah orang per orang yang menisbatkan diri mereka kepada manhaj salaf. Manhajnya udah bener koq, orang-orang-nya aja yang masih belum bener.

Sama aja kayak penisbatan "MUSLIM" kepada Islam. Tidak semua muslim itu tunduk dan patuh pada syari'at Islam, ya kan ? coba tanya pada diri sendiri, udah ta'at belum sama Allah dan Rasul-Nya ? eng ing eng....

Jadi kalo ada muslim yang masih bermaksiat, jangan salahkan Islam-nya dong, tapi salahkanlah muslim yang bermaksiat itu. Karena Islam itu udah sempurna koq, TIDAK BOLEH ditambah-tambah dan dikurangi.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ...” [Al-Maa-idah: 3]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

“Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur-an), (sebagai kalimat) yang benar dan adil ...” [Al-An’aam: 115]

Maksudnya benar dalam kabar yang disampaikan, dan adil dalam seluruh perintah dan larangan. Setelah agama disempurnakan bagi mereka, maka sempurnalah nikmat yang diberikan kepada mereka. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ...” [Al-Maa-idah: 3]

Maka ridhailah Islam untuk diri kalian, karena ia merupakan agama yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla. Karenanya Allah mengutus Rasul yang paling utama dan karenanya pula Allah menurunkan Kitab yang paling mulia (Al-Qur-an).

Masuk akal kan ???

Jadi sebenarnya Islam itu mudah, tapi kita-lah yang mempersulitnya dengan segala ibadah-ibadah tambahan yang tidak ada tuntunannya. Ngapain sih cape-cape melakukan suatu ibadah yang ga ada tuntunannya ? capek iya, pahala ga dapet, yang dapet malah DOSA...hadeeehhh....

Menjalankan semua ibadah yang ada tuntunannya dan pasti dapat pahala aja belum mampu dan dijamin pasti gak akan mampu melakukan semuanya (karena banyak banget boo), ini malah melakukan ibadah yang ga ada tuntunannya dan dapet dosa lagi.

Jadi mau pilih yang mana ? jalan yang bener atau jalan yang salah ? mau dapet surga atau neraka ? ayoo pilih salah satu...

Oleh: Ummu Fulanah
_________________
Footnote:

[1]. HR. Tirmidzi, no. 2336; Ahmad 4/160; Ibnu Hibbân no. 3223; al-Hâkim 4/318; al-Qudhai dalam Asy-Syihâb no. 1022; dishahihkan oleh syaikh Salîm al-Hilâli dalam Silsilah al-Manahi asy-Syar’iyyah, 4/194
[2]. Lihat, Tuhfatul Ahwâdzi, syarah hadits no.2336
[3]. Tafsir at-Thabari, surat Al-Fajr/67, ayat 89

Referensi : almanhaj.co.id
___________________


Cerita diatas adalah sebuah kisah nyata dari ummu fulanah mengenai ringkasan perjalanan hidupnya mengenal manhaj salaf. Dibawakan dengan bahasa yang ringan dan pemilihan kata yang memang dipakai dalam percakapan sehari-hari (gaul), agar lebih mudah di mengerti, terutama bagi muslimin yang masih awwam tentang manhaj salaf.

Semoga menjadi pelajaran buat kita semua.

No comments:

Post a Comment