Assalamu'alaikum!

Blog Sunnah

"Memurnikan Aqidah, Menebarkan Sunnah".

Looking for something?

Subscribe to this blog!

Receive the latest posts by email. Just enter your email below if you want to subscribe!

Thursday, May 14, 2015

Siapakah THARIQ AS-SUWAIDAN & Apa Manhaj-nya


Dijawab oleh: asy-Syeikh 'Ubaid bin Abdullah bin Sulaiman al Jabiry
Judul ASLI: Ushul waqowa'id  fil manhaj salafiy
Edisi Indonesia: Wahai Saudaraku, Inilah Prinsip-Prinsip Manhaj Salafi
Penerbit: Nurul Qalb - Tahun terbit 2008M
Di terjemahkan oleh: Abu Abdir-Rahman 'Abdul 'Aziz
Sumber Audio: CD "Kaidah Memahami Manhaj Salaf"
(c) AUDIOSALAF 2008M

Pemateri: Abu Abdir-Rahman 'Abdul 'Aziz

Pertanyaan ini disampaikan oleh moderator:

* Pertanyaan Kedua : Bagaimana kita membantah Thoriq as Suwaidan? *

Jawaban : Pertama ;

Siapakah Thoriq as Suwaidan? Dan apa (manhajnya) Thoriq as Suwaidan?

Dia adalah seorang yang berasal dari Kuwait. Dia punya banyak karya buku dan  kaset. Dan dia bukan termasuk orang yang berilmu. Dia memiliki  spesialisasi ilmu yang lain dan berita terakhir yang sampai kepadaku  bahwa dia adalah seorang dosen di fakultas teknologi atau tekhnik. Dan  ini....sudah cukup bahwa dia tidak bisa dijadikan rujukan baik yang dia  ucapkan maupun yang disampaikannya. Karena setiap ilmu itu ada ushul dan  kaidah-kaidah yang dibangun atasnya. Dan janganlah kalian mengambil  dasar-dasar ilmu dan kaidah-kaidah kalian melainkan kepada orang yang  ahli di bidangnya. Sebab ilmu syar'i itu memiliki ushul dan  kaidah-kaidah sedangkan Thoriq as Suwaidan bukanlah orang yang tepat. 


Dan siapa sebenarnya orang ini?

Dia adalah seorang ikhwani (tokoh  ikhwanul muslimin), dan dia mengadopsi kaidah mereka yang masyhur, yang  mereka warisi dari al Manar, yaitu merupakan kaidah al Manar awal  mulanya kemudian kaidah ikhwanul muslimin yang keduanya, yaitu kaidah  "al ma'dziroh (saling mema'afkan) dan at ta'awun (saling tolong-menolong), penjabarannya adalah ;

"Kita saling tolong-menolong dalam perkara yang kita sepakatinya  atasnya dan sebagian kita saling memaafkan dengan sebagian yang lain  dalam perkara yang kita persselisihkan padanya".

Kaidah ini merupakan malapetaka yang telah menyusup di tengah-tengah  kaum muslimin dan juga menimpa ikhwanul muslimin dengan kerusakan yang  sangat besar. Saya memohon kepada Allah yang Maha Mulia Rabb Yang  memiliki arsy' yang agung agar membangkitkan orang-orang yang menjadikan  kebenaran sebagai petunjuknya dan mengingkari tindakan mereka pada hari  kiamat.

Maka sesungguhnya pintu (taubat) masih terbuka bagi ahlul Islam,  yaitu bagi setiap kelompok yang mengindentifikasi dirinya sebagai bagian  dari Islam, baik dari kalangan kelompok yang mengklaim sebagai bagian  dari Islam seperti Rafidhoh -yang mereka menyebutnya sebagai kelompok  Syi'ah- atau selain daripada itu seperti Yahudi dan Nasrani.

As Suwaidan memiliki sebuah kaset (ceramah) yang ada pada saya, yang  menyeru kepada persatuan atau musyarokah (persekutuan) -di dalam sebuah  pertemuan yang disampaikan di Husainiyyah-. Sedangkan Husainiyyah ini  adalah tempat perkumpulan dan peribadatan kaum Rafidhoh. Dan sangat  nampak dari kaset ini berisi tentang upaya terang-terangan untuk  menyatukan antara  Ahlussunnah dan Rafidhoh.
Dengan demikian tidak ada sesuatu yang aneh selama orang ini memunculkan  kaidah ini. Karena dia memiliki pendahulu -sejelek-jelek pendahulu dan  panutan-.

Maka pertama (yang ingin saya katakan) : bahwa ketika berdirinya  kelompok ikhwanul Muslimin -yang didirikan oleh Hasan Al Banna di Mesir-  dan saya memperkirakan (berdirinya kelompok ini) di pertengahan abad ke  20 miladi, ini berdasarkan sejarah pendirian kelompok mereka. Sedangkan kita tidak mengikuti sejarah secara (perhitungan) miladi. Bagaimana  Hasan Al Banna memunculkan kelompok jaringan seperti ini, mempelopori  dan berdakwah dengannya?

Maka jawabannya adalah pertama : dia berupaya membangun metode  pendekatan antara sunnah dan syi'ah di Mesir. Dan dia mengatakan  beberapa ucapan : "Bahwa markas-markas Ikhwanul Muslimin dan rumah-rumah  mereka terbuka (lebar) bagi kaum syi'ah. Mereka mengundang para tokoh
Rafidhoh semisal Nawwaf dan Shofawy.

Dia (al Banna) memiliki hubungan yang akrab dengan mereka di musim haji. Dan dia mempermainkan perasaannya serta berlemah lembut dengan mereka dengan berbagai ucapan, diantaranya ;

"Tidak ada perbedaan diantara kami dengan kalian. Perbedaan diantara kami dan kalian hanyalah dalam perkara-perkara yang sepele, yang memungkinkan untuk mentolelirnya seperti permasalahan nikah mut'ah".

Lantas mana celaan mereka (rofidhoh) terhadap para sahabat nabi shallallahu'alaihi wasallam, bahkan mana pengkafiran mereka (yang tidak disebutkan oleh al Banna) -melainkan hanya tiga, sepuluh atau tujuh saja (dari kalangan sahabat yang tidak dikafirkan oleh Rafidhoh)-? Mana ucapan mereka bahwa Al Qur'an telah dirubah? Maka mereka senantiasa melakukan kerja sama dengan (al Banna) hingga munculnya al mahdi yang mereka nanti-nantikan (khayalan). Mana ucapan (cacian) mereka yang dusta terhadap 'Aisyah radhiyallahu'anha, yaitu Ummul Mukminin istri pemimpin manusia (nabi Muhammad) shallallahu'alaihi wasallam? Ini semua adalah ucapan-ucapan Rafidhoh yang telah dilupakan oleh Hasan Al Banna dan dia tidak memandangnya sama sekali. Karena dia telah mengumpulkan dan menghimpun dari sana sini.

Kedua : Dia juga melontarkan sebuah ucapan yang kufur pada hakikatnya -dan janganlah kalian menukilkan dariku bahwa saya mengkafirkan Hasan Al Banna-, akan tetapi ini adalah ucapan kekufuran. Dia mengatakan :

"Tidak ada diantara kita dan Yahudi pertikaian agama, hanya saja pertikaian kita dengan mereka hanyalah masalah perekonomian. Sedangkan Allah memerintahkan kita untuk mencintai dan memaafkan mereka", lalu dia berdalil dengan ayat :
"Dan janganlah kalian mendebat ahlul kitab melainkan dengan cara yang lebih baik". (Al Ankabut : 46)
Perkataan ini dinukil pula oleh Mahmud Abdul Halim -dan dia termasuk tokoh mereka- di dalam tulisannya yang berjudul "Al Ikhwan Ahdaatsun Shona'at at Taarikh".
Kemudian setelah itu, setiap orang yang berada di atas manhaj Hasan Al Banna dan ikhwanul Muslimin dalam perkara dakwah, sesungguhnya mereka semua berada di atas kaidah ini. Maka muncullah dari kaidah ini seruan kepada persatuan agama dan dialog lintas agama. Maka tidaklah engkau menjumpai seorang ikhwani melainkan dia menyeru kepada metode pendekatan tersebut.

Dan yang kami ketahui diantara tokoh-tokoh (ikhwanul muslimin) yang berjalan di atas seruan ini, diantaranya : Hasan bin Abdullah At Turabi As Sudany, Yusuf Al Qardhowi Al Mishry (i).

Adapun Yusuf Al Qordhowi -saya memiliki orang yang dapat dipercaya atas apa yang dia nukilkan dari (Yusuf Al Qardhowi)- bahwa dia menyebut kaidah ini sebagai kaidah emas (ii) . Dan dia berargumen dengan seruan kepada persatuan agama ini bahwa kehidupan akan terasa lebih leluasa dengan banyaknya orang-orang yang beraneka ragam peradaban dan agamanya. Bahkan dengan (mempersatukan) agama itu akan memberi kelonggaran kepada banyaknya orang yang akan mengikutinya, maka ini disebut dengan pencampuradukkan agama yang telah diprakarsai oleh Yusuf Al Qordhowi dan yang semisalnya.

Padahal (agama yang mereka serukan itu) bukanlah agama yang datang dengannya para rasul 'alaihis sholatu wassalam, yaitu berserah diri kepada Allah dengan tauhid (ibadah) dan mengikat diri dengan ketaatan kepada-Nya serta berlepas diri dari syirik dan pelakunya...tidak (kata syeikh). Justru Islam (yang mereka inginkan) adalah semata-mata seruan untuk mengumpulkan  antara satu golongan dengan yang lainnya. Inilah analogi sang Qordhowi.

Berdasarkan kaidah ini maka kaum Rafidhoh, Shufiyah -para penganut faham wihdatul wujud-, al Bathiniyah, al Hululiyah dan Al Quburiyah seluruhnya diklaim sebagai kaum muslimin. Sebab mereka berkumpul bersama pemeluk Islam dan ahlus sunnah, yaitu berada di atas ucapan lailahaillallah. Dan mereka itu hanya berselisih pada perkara selain itu. Dengan demikian setiap orang bisa berijtihad dan sampailah apa yang dia tunaikan dari ijtihadnya.

Maka yang (kita maksudkan di sini) bahwa Thoriq as Suwaidan telah mengadopsi kaidah ini. Maka ini adalah sepak terjang dakwahnya secara umum.

Adapun rincian dari seruan-seruan dia adalah ; menyebarkan apa yang terjadi dari perselisihan di kalangan para sahabat nabi shallallahu'alaihi wasallam. Dan perkara ini telah disepakati untuk ditinggalkan (dari membicarakannya) dan diharamkan untuk menyebarkan apa yang terjadi dari pertikaian di kalangan para sahabat Nabi shallallahu'alaihi wasallam. Lantaran hal tersebut bisa menimbulkan fitnah di tengah kaum muslimin dan memicu timbulnya sikap berlepas diri dari para sahabat nabi shallallahu'alaihi wasallam. Demikian pula hal ini dijadikan penyandaran dalam hal metode kisah-kisah, bukan merupakan metode yang berlandaskan Al Kitab dan As sunnah.

Bahkan orang ini (Suwaidan) mengatakan lagi dalam kaset yang sama -yang telah saya sebutkan kepada kalian tadi- yaitu dia menyerukan kepada metode pendekatan, menyerukan kepada persatuan barisan dan menghormati berbagai kelompok selama dakwah dan tujuannya adalah satu. Dia mengatakan misalnya :

"Janganlah engkau mencela Abu Hurairoh di hadapanku, tapi cercalah dia di rumah-rumah kalian".

Maka ini adalah bentuk pencercaanya terhadap para sahabat nabi shallallahu'alaihi wasallam. Hanya saja yang dia ingkari apabila (celaan) tersebut dilontarkan secara terang-terangan, karena hal tersebut akan melukai perasaan-perasaan dan akan berdampak buruk pada persatuan barisan dan tujuan mereka. Dan dikemungkinkan bahwa dia (as Suwaidan) menyampaikan hal ini pada saat pemilu. Ini secara hakikatnya adalah sekilas pandang tentang as suwaidan tentang siapa dia? Dan apa manhajnya? Apa yang muncul dari ide-idenya? Semoga kalian telah memahami sebab-sebabnya. Dan dikatakan : "bahwa telah dikatakan suatu sebab maka hilanglah perasaan 'ujub".
=================
Footnote:

(i) Sebuah majalah yang pem-rednya adalah Muhammad Rasyid Ridho,pent-
(ii) Demikian pula Yusuf Al Qordhowi menyatakan bahwa kaidah "Al Ma'dziroh wat Ta'awun" merupakan kaidah emas, sebagaimana termaktub dalam "Aulawiyat Al Harokah Al Islamiyah fil Marhalah Al Qodimah", pent.

No comments:

Post a Comment